fenomena buy button
Sekarang mari kita bahas studi kasus terkini dan yang sudah lalu di indonesia. Pembelian yang dilakukan oleh pengguna seperti ibu-ibu rumah tangga, ternyata lebih banyak dilakukan melalui telpon langsung, Blackberry messenger, whatsapp , foto-foto di path/instagram ketimbang melalui retail online e-commerce. Kenapa ? Karena belanja di online e-commerce itu ribet. pertama harus registrasi dulu sebagai anggota, isi form dan password. waduh hafalin password lagi. capek deh. mereka lebih suka cari nomor telpon yang tertera di online store, telpon, tanya-tanya sebentar, bila oke , deal uang ditransfer dan barang dikirim.atau mayoritas lebih suka dengan COD (cash on delivery), barang diantar dan bayar ditempat. Kartu kredit nyaris jarang digunakan. Lalu apa bedanya dengan buy button dengan banner ads yang digunakan sekarang ?. Pada iklan banner ads, user melakukan klik dan diarahkan ke landing page retail online e-commerce. begitu masuk ke halaman landing page retail online e-commerce, akan begitu banyak informasi lain seperti banner pop ads, tulisan discount besar, dan animasi lain yang mengurangi fokus user untuk belanja produk tertentu. user yang tadinya tertarik dengan produk item tertentu, tiba-tiba disugui belasan item lain dengan iming-iming discount. tentu saja ini memecah konsentrasi. Dengan buy button, user sejak awal hanya melihat / disuguhi 1 item dengan deskripsi singkat dan informasi harga, ketika tombol buy button diklik, maka akan muncul form order. bila memerlukan informasi payment, tentu saja social network tersebut akan menyimpan data pengguna.
informasi detail tentang buy button bisa dilihat di video dibawah ini.
Ketika Google search, Facebook , Pinterest, Youtube , Instagram dan twitter berlarian mengadopsi buy button pada platformnya, apakah hal ini akan mengganggu bisnis giant e-commerce seperti Lazada, Zalora, Mataharimall, Rakuten ? Bayangkan apabila merchant e-commerce tersebut beramai-ramai pindah ke Google search, Facebook , Pinterest, Youtube , Instagram dan twitter. Mari kita lihat 2-3 tahun lagi, seperti apakah pertempuran yang terjadi di ranah e-commerce.
saya mencoba mengidentifkasi masa sebelum buy button dan masa buy button.
Masa sebelum munculnya Buy Button
1. Jumlah traffic pengunjung ke halaman website penjual amat sangat penting, karena menentukan jumlah persentase terjadinya transaksi.
2. Dari sisi penjual, belanja iklan banner ads dengan metode CPM dan CPC adalah pilihan utama.
3. Dari sisi publisher, CPM dan CPC menjadi penghasilan terbesar.
4. Banner retargetting/remarketing milik penjual akan selalu mengejar user diwebsite manapun, ketika user pernah berkunjung ke website penjual.
5. Dibutuhkan middle man yang membantu penjual untuk memasarkan produknya melalui internet. middle man membantu dalam menjelaskan strategi digital marketing, istilah ROI, CTR, CPM, CPC, CPA, Retargetting, Remarketing, SEO, keyword, SEM dan sebagainya.
6. Dari sisi pemilik retail online e-commerce. Persaingan mendapatkan merchant berasal dari sesama pemain e-commerce
Era Buy Button
1. Jumlah traffic tidak menentukan jumlah transaksi, karena transaksi langsung bisa saja terjadi di halaman lain / bukan halaman milik penjual. Transaksi bisa saja terjadi di apps/halaman facebook,twitter,pinterest dan sebagainya.
2. Dari sisi penjual, ada pilihan Belanja iklan berdasarkan transaksi yang terjadi dan sedikit biaya administrasi.
3. Dari sisi publisher, CPA atau CPS akan menjadi penghasilan terbesar, karena konten pada publisher pastinya akan berusaha keras disesuaikan dengan konten iklan
4. Integrasi dengan konsep retargeting/remarketing mungkin akan menjadi awesome feature. Retargeting adalah fitur ketika user pernah berbelanja sesuatu produk disuatu online shop dan transaksi belum final oleh karena suatu hal. user tersebut dimungkinkan untuk melanjutkan isian form di apps/situs mana saja user tersebut kunjungi.
5. Peran middle man berkurang, karena akan muncul platform yang sangat simple dan bekerja secara programmatic membantu penjual mendapatkan transaksi di internet tanpa harus mengerti istilah istilah yang membingungkan. Penjual hanya perlu mendaftarkan barang-barang yang mau dijual dan serahkan kepada platform digital.
6. Dari sisi pemilik retail online e-commerce. Persaingan mendapatkan merchant berasal kini tidak hanya dari sesama pemain e-commerce, tapi dari pemain social network.
Sehubungan dengan trend e-commerce, saat ini team idblognetwork sedang mencoba melakukan implementasi buy button pada posting blog, dengan maksud agar penulis blog yang sedang melakukan review produk dapat meletakkan tombol beli pada artikel blog tersebut. contohnya seperti ini. Misalkan saya sedang menulis produk laptop komputer Lenovo dengan model : G40-70-2221 – 2GB – Intel i3-4030U – AMD R5 M230 2GB – 14Inch. Saya menyebutkan spesifikasi , harga, performan,
Page 2 of 3 | Previous page | Next page