Projek Ubin Phase 2 : Studi Kasus Blockchain
Lanjutan dari postingan sebelumnya (project ubin phase 1) . Ubin Phase 2 adalah projek MAS (Badan otoritas keuangan singapore) bersama ABS (Association of Banks in Singapore) membuat prototype transfer antarbank secara RTGS (Real time Gross Settlement) menggunakan DLT (distributed Ledger Technology). Bila semboyan pada phase 1 adalah Singapore dollar pada DLT, maka semboyan pada phase 2 adalah Reimagining interbank RTGS using DLT. Difokuskan kepada penggunaan 3 teknologi DLT yaitu Hyperledger Fabric , Corda dan Quorum . Source code dapat dilihat disini https://github.com/project-ubin
Project berjalan 13 minggu , memaksimalkan teknologi DLT untuk memecahkan beberapa masalah seperti
(1) Liquidity Saving Mechanisms (LSM) sambil tetap mempertahankan privasi transaksi perbankan. LSM adalah mekanisme mencairkan proses pembayaran yang tertunda / delay seperti contoh pembayaran bersyarat dari pengirim dana kepada penerima dana apabila syarat waktu pembayaran/kewajiban telah terpenuhi.
(2) Gridlock resolution , yaitu ketika Bank A tidak memiliki cukup dana untuk melakukan transfer ke bank B , akan tetapi Bank A tersebut harus menunggu transfer dari bank C agar dana pada bank A menjadi cukup untuk mentransfer sejumlah dana ke Bank B.akan tetapi Bank C juga ternyata tidak dapat mengirim dana ke Bank A karena saldo pada bank C tidak cukup, akan tetapi apabila Bank B mengirim dana ke bank C, maka Bank C dapat mengirim dana kepada bank A.
(3)Risiko Single point of failure yang terjadi pada bank central, apabila terjadi down pada system sentral, maka proses transfer antar bank akan terhadi. Kesalahan pada satu titik akan menyebabkan terhentinya seluruh pelayanan transfer. Dengan DLT, resiko single point of failure ini dapat dihilangkan, karena system Distributed yang bekerja secara desentralise tidak tergantung pada satu server central.
Projek ubin phase 2 tidak hanya sukses mendemonstrasikan berjalannya RTGS pada teknologi DLT dengan tetap mempertahankan privasi, akan tetapi juga menandai sukses signifikan kolaborasi industri yang lebih luas, meletakkan pondasi keuangan masa depan.
Latar Belakang
Di akhir 2016, sejalan dengan visi menjadikan singapore menjadi smart financial centre, MAS (Badan Otoritas Singapore) memprakarasi percobaan penggunaan LTD dengan mengajak 16 institusi keuangan. Pada phase 1 , proof of concept menggunakan platform Ethereum, menjajal kemampuan penggunaan digital currency singapore dollar untuk transaksi pembayaran antar bank.
Phase 2 project dipimpin oleh Accenture, menguji potensi implikasi menyebarkan DLT untuk fungsi spesifik RTGS dengan memfokuskan kepada Liquidity Saving Mechanism (LSM), dan juga memikirkan privasi proses pembayaran transaksi RTGS
MAS (Badan Otoritas Singapore) memiliki system RTGS bernama MEPS+ (MAS Electronic Payment System). MEPS+ memproses 25,000 transaksi perhari, bernilai i perhari mencapai 70 milyard dollar singapore. Pada umumnya system RTGS bersifat sentralise / terpusat menyebakan risiko single point of failure sangat tinggi.
Objective dan pendekatan phase 2 Project Ubin
Page 1 of 2 | Next page