Negara indonesia memiliki kekayaan alam dari laut, hutan, tambang mineral. Dengan luas daratan 1,904,569 km2 berapa rupiah yang dihasilkan dari kekayaan alam ini perhari,perbulan, pertahun ?, Adakah teknologi yang dapat mencatat hasil kekayaan dari laut, hutan, tambang dalam hitungan real time?.
Blockchain tidak perlu dijelaskan apa itu, cukup baca di artikel sebelumnya di blog ini http://kukuhtw.com
Saat ini ada startup berbasiskan teknologi blockchain bernama provenance yang fokus pada masalah supply chain. supply chain adalah catatan alur peristiwa siklus barang baku diolah menjadi bahan jadi sampai dengan dikonsumsi oleh pengguna. Barang yang kita gunakan misalkan meja, memiliki cerita panjang sebelum sampai di tempat ini. Bila implementasi blockchain sudah umum digunakan di dunia bisnis, maka kita bisa mengetahui bahan baku meja ini berasal dari mana saja. bile berbahan baku kayu, bisa diketahui , ditebang dari hutan mana. bila ada unsur plastiknya, bisa diketahui materialnya diproduksi di negara mana. bila ada unsur logam, bisa diketahui dibuat di pabrik mana. lalu meja ini dirakit di pabrik mana, di-kirim ke retail mana, di-simpan di gudang yang mana, sampai akhirnya berada di tangan pembeli siapa.
Mengapa hal yang kelihatannya remeh-temeh ini perlu dilakukan ?
Bila andai saja suatu saat department kehutanan indonesia mewajibkan pencatatan aktivasi penebangan hutan dicatat pada jaringan blockchain, maka semua pihak yang berkepentingan akan mengetahui berapa pohon yang ditebang perhari, menghasilkan berapa log perhari. bernilai berapa rupiah total hasil hutan indonesia perhari. Kemudia kayu batangan itu dibeli oleh siapa saja, dijadikan produk apa saja, semua akan mudah ditelusuri pada jaringan blockchain. Dari hasil hutan tersebut, terjadi berapa aneka macam produk, berapa yang terbuang karena dinilai cacat, berapa nilai bahan jadi yang dihasilkan dari olahan hasil hutan.
Hal yang andai kata terjadi pada department perikanan yang mewajibkan semua nelayan / pengusaha perikanan untuk mencatat hasil tangkapan ikan dicatat pada jaringan blockchain.
silahkan baca kasus ini dahulu. Startup Provenance melakukan ujicoba mencatat hasil ikan tuna indonesia pada jaringan blockchain. Sungguh, pertama kali saya sekilas membacanya, saya hanya berpikir, Apa gunanya mencatat ikan tuna satu persatu ke dalam jaringan blockchain ?. Setelah menyimak dengan serius, ternyata sungguh sangat terlalu banyak diceritakan kembali.
Indonesia memilki luas perairan 3.257.483 km². bayangkan 3,2 juta, berapa ton ikan yang diperoleh harian ?, berapa nilai rupiah yang dihasilkan dari kekayaan alam laut ini ?. ke pihak mana saja hasil kekayaan alam laut ini beredar ?.
Dengan catatan pada jaringan blockchain, dapat diketahui data berapa ton hasil tangkapan ikan perhari, berapa yang disimpan sementara dalam lemari es, berapa yang berhasil dijual ke pihak lain. ke mana saja pengiriman tersebut, berapa yang dikirim untuk
kebutuhan lokal, berapa yang dikirim untuk kebutuhan eksport?.
Bagaimana dengan industri pertambangan mineral ?.
Hasil tambang mineral seperti emas, perak, tembaga, minyak bumi, gas, aluminum dan sebagainya, diwajibkan tercatat pada jaringan blockchain. Bila semua hasil kekayaan tambang tersebut dapat tercatat pada jaringan blockchain, maka seluruh masyarakat dapat mengetahui berapa kekayaan indonesia yang di dapat dari emas, perak, aluminium, minyak bumi dan sebagainya. berapa persen yang masuk ke pihak pengelola dan berapa yang masuk ke kas negara. Bila kita membaca artikel disini tentang pencataan diamond/intan ke jaringan blockchain, maka pembeli akan mengetahui dari mana diamond ini berasal. Apakah penting pembeli mengetahui asal-usul barang yang dibeli ?.
Apakah hal ini mustahil untuk diimplementasikan di Indonesia ?. Artikel di techcrunch menceritakan potensi blockchain apabila diterapkan untuk supplychain. Lebih detail lagi dibahas disini.
Harus diakui, bahwa semua masih merupakan wacana, masih akan melakukan rangkain ujicoba. beberapa masalah yang menyebabkan sulit diterapkan adalah
1. Teknologi blockchain masih baru, framework,protokol, infrastruktur hardware dan software masih belum mencapai tahap mature
2. Kekurangan resource sumber daya manusia yang memiliki pemahaman dan skill seputar teknologi blockchain
Tetapi perlu diperhatikan, bahwa kini semua organisasi, negara, institusi, korporasi bisnis sedang bergerak memberdayagunakan teknologi blockchain secara maksimal
Bila semua negara menerapkan strategi implementasi blockchain ini untuk supplychain, manfaat apa yang akan didapat?
1. Negara dapat mengetahui secara terkini, berapa kekayaan alam dari laut, hutan, tambang yang sedang dieksploitasi
2. Negara dapat mengetahui kontribusi ekonomi yang menjadi paling banyak membantu dari sektor laut, hutan dan tambang.
3. Negara dapat menekan biaya ekonomi tinggi akibat hadirnya pihak ketiga yang memfasilitasi pembelian kekayaan alam. Seperti kita ketahui, pada transaksi blockchain, cukup 2 pihak saja yang bertransaksi tanpa campur tangan pihak ketiga.
4. Negara dapat memperkirakan anggaran alokasi jumlah biaya untuk pembangunan infrastruktur laut,hutan dan tambang dan target return on investment yang dihasilkan dari 3 sektor tersebut secara lebih akurat.
5. Karena data bersifat desentralisasi dan terdistriusi, maka pengadaan biaya alokasi server dan infrastruktur dalam skala besar dapat ditekan.
6. Negara mendapat pemasukkan pajak dari hasil transaksi di 3 sektor ini secara cepat, perhitungan akurat dan waktu yang relatif cepat. Biaya administrasi untuk proses perhitungan pajak ini dapat ditekan drastis.
Diperlukan adopsi blockchain untuk negara ini dalam waktu sesegera mungkin, karena salah satu contoh negara yang paham potensi blockchain seperti Dubai, sudah memiliki visi implementasi blockchain untuk semua dokumen negara secara 100%.